“Mematahkan Tabu: Kesehatan Mental Ibu dan Menghentikan Stigma terhadap Anak Berkebutuhan Khusus”

https://unsplash.com/photos/SBIak0pKUIE

Kenapa Harus Peduli Kesehatan Mental Ibu dengan ABK?

 

Tahukah  Anda bahwa ada 93 juta anak di seluruh dunia mengalami disabilitas? Sekitar 260 ribu anak disabilitas tersebut berada di Indonesia. Layaknya anak-anak pada umumnya, anak dengan disabilitas juga memiliki hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

Dampak Kondisi Kebutuhan Khusus Anak terhadap Kesehatan Mental Ibu

Ibu, sebagai pengasuh utama anak, tentu akan melakukan segala daya dan upaya untuk mendukung tumbuh kembang anaknya. Namun, mengasuh anak dengan disabilitas atau kebutuhan khusus tentu memerlukan pengasuhan khusus pula. Hal ini sedikit banyak, akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ibu, baik fisik maupun mentalnya.

Menjadi ibu dengan anak berkebutuhan khusus tentu memiliki tantangan tersendiri. Perasaan kaget, sedih, khawatir akan menjadi perasaan yang mendominasi ibu-ibu dengan anak berkebutuhan khusus ketika mengetahui kondisi anaknya. Mereka pun dapat menyalahkan diri sendiri atas kondisi anaknya tersebut. Kondisi ini dapat diperparah dengan adanya pandangan negatif atau stigma dari lingkungannya. Akibatnya, ibu dengan anak berkebutuhan khusus akan menutup dirinya dari lingkungan dan semakin menganggu kondisi kesehatan mentalnya.

Dukungan bagi Ibu dengan Anak Berkebutuhan Khusus

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mendukung kesehatan mental ibu dengan anak berkebutuhan khusus.

  1. Berikan ruang

Berikan ruang dan waktu bagi ibu dengan anak berkebutuhan khusus untuk menerima kondisi kebutuhan khusus anaknya. Tidak perlu memaksa mereka untuk bercerita, apalagi untuk segera menerima keadaan yang menimpanya. Cukup pastikan mereka tahu, bahwa mereka tidak sendiri, dan ada kita yang menemani dan mendukung mereka.

  1. Jangan biarkan mereka menyalahkan diri mereka sendiri

Kondisi anak yang lahir dengan kebutuhan khusus, bukan sesuatu yang dapat dikontrol penuh oleh seorang ibu.

  1. Berikan bantuan dalam pengasuhan

“It takes a village to raise a child”. Pernyataan serupa juga berlaku untuk membesarkan anak dengan kebutuhan khusus. Pembagian peran dan pengasuhan di dalam keluarga menjadi penting, karena dapat mengurangi beban yang dipikul oleh ibu dengan anak berkebutuhan khusus.

  1. Berikan kesempatan bagi Ibu untuk melakukan kegiatan lainnya

Adanya hal lain di luar pengasuhan yang dapat mengalihkan fokus ibu dengan anak berkebutuhan khusus, dapat membangun penilaian positif akan dirinya dan mengurangi tekanan pengasuhan yang ia rasakan. Berikan kesempatan bagi ibu untuk beristirahat, melakukan hobi atau hal-hal yang ia senangi, atau mengembangkan diri. Ketika seorang ibu dapat merasakan dirinya bermanfaat dan bermakna, tidak hanya untuk anak dan keluarganya, namun lebih khusus untuk dirinya sendiri dan lingkungannya, kesehatan mental ibu juga akan lebih baik.

  1. Bangun lingkungan yang inklusif dan tidak menstigma

Adanya penilaian negatif dari lingkungan sekitar kepada ibu dan anak berkebutuhan khusus dapat memperburuk kesehatan mental keduanya. Ibu dengan anak berkebutuhan khusus juga dapat membangun stigma terhadap dirinya sendiri dikarenakan hal tersebut. Ibu jadi enggan untuk bercerita atau mengungkapkan perasaan yang sebenarnya ia rasakan atau dukungan yang sebenarnya ia butuhkan. Hal ini juga akan menghambat ibu untuk mencari pertolongan profesional untuk masalah kesehatan mentalnya.

Kondisi disabilitas bukan hanya merupakan akibat dari keterbatasan yang dimiliki individu, namun juga akibat dari interaksi dengan lingkungan. Lingkungan yang inklusif akan membantu setiap orang untuk bertumbuh dan berkembang dengan optimal, begitupun dengan anak berkebutuhan khusus. Kecemasan dan kekhawatiran ibu dengan anak berkebutuhan khusus juga akan berkurang, ketika ia tahu anaknya akan bertumbuh dan berkembang di lingkungan yang tidak memandangnya berbeda dibanding sekitarnya.

Penulis: Mahasiswi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat UI